Sunday, October 27, 2019

CONTOH MAKALAH KOMPETENSI DAN PERAN GURU (lengkap dengan footnote)

Makalahkuliahkomunikasi.blogspot.com- Kompetensi seorang guru dalam dunia pendidikan sangat penting karena guru berperan dalam mencetak generasi penerus bangsa. Semakin baik kompetensi seorang guru pastinya apa yang menjadi cita-cita dan tujuan bersama untuk mendidik siswa menjadi pribadi yang unggul dalam bidangnya akan lebih mudah tercapai.

Tatap muka dengan guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih memegang peranan yang penting. Peran guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan dengan mesin, seperti radio, televise, tape ataupun computer yang paling modern sekalipun. Karena masih banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, system nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan lain-lain yang diharapkan merupakan proses dari pengajaran yang tidak mungkin dapat dicapai melalui mesin-mesin modern.[1]

Profesi seorang Guru sebagai bagian dari tenaga kependidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Tujuan lembaga sekolah dapat dicapai secara maksimal apabila tenaga guru memiliki kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi professional dan kompetensi kepribadian.[2]

Menjadi Guru sudah seharusnya bersikapa dan bertindak profesional, di samping memahami hal-hal yang bersifat filosofi dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan interaksi belajar mengajar. Di dalam mengelola interaksi belajar mengajar, seorang guru minimal harus memiliki modal dasar yakni, memiliki kemampuan mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada anak didik.[3]

Hadirnya teknologi dewasa ini berkembang semakin pesat. Hal ini juga mempengaruhi pula dalam dunia pendidikan yang juga turut menambah kompleksnya persoalan pendidikan yang dihadapi bukanlah tantangan yang dibiarkan begitu saja, tetapi memerlukan pemikiran yang konstruktif demi tercapainya kualitas yang baik. Persoalan yang dimaksud diantaranya adalah kompetensi mengajar guru. Karena guru sebagai tenaga pendidik yang paling banyak berhubungan dengan peserta didik diharuskan mempunyai kompetensi yang baik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. 

Guru merupakan orangtua pertama dan menjadi tempat perhatian saat siswa berada di sekolah. Guru sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa, baik secara individual maupun secara klasikal baik di sekolah maupun diluar sekolah minimal harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dalam menjalankan tugasnya.[4]

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di negara kita, guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional. Guru merupakan ujung tombak kegiatan pengajaran di sekolah yang langsung berhadapan dengan peserta didik. Tanpa adanya peranan guru maka kegiatan belajar mengajar tidak bisa berjalan dengan semestinya.Seorang guru seharusnya memiliki pemahaman-pemahaman yang dalam tentang pengajaran. 

Mengajar bukanlah kegiatan yang mudah melainkan suatu kegiatan dan tugas yang berat dan penuh dengan permasalahan. Kemampuan dan kecakapan sangat dituntut bagi seorang guru. Karena itu seorang guru harus memilki kecakapan dan keahlian tentang keguruan. Kemampuan dan kecakapan merupakan modal dasar bagi seorang guru dalam melakukan kegiatan atau tugasnya. Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa, mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan semangat siswa untuk melakukan kegiatan belajar, terutama sekali untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Mengajar adalah tugas yang begitu kompleks dan maha sulit, terutama sekali untuk guru mata pelajaran pendidikan agama islam yang memfokuskan pada pemahaman tentang baca tulis Al-Qur’an secara baik dan benar, sehingga tidak dapat dilakukan dengan baik oleh seorang guru tanpa persiapan. 

Keberhasilan belajar siswa merupakan bagian dari dampak kepemilikan kompetensi guru yang memadai dalam proses belajar mengajar. Keberhasilan belajar siswa biasanya dilihat dari kualitas atau perubahan yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti pembelajaran, sehingga dapat dinilai melalui sejauhmana kebutuhan belajar siswa dapat dipenuhi secara optimal oleh guru dengan melihat indicator-indikator yang mempengaruhi mutu lulusan, yaitu melalui Standar Kompetensi Lulusan (SKL).[5]

Perbedaan pokok antara profesi guru dengan profesi lainnya adalah terletak pada tugas dan tanggung jawabnya. Tugas dan tanggung jawab tersebut erat kaitannya dengan kemampuan yang disyaratkan adalah kompetensi guru. Kompetensi guru merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti.[6]

Oleh karena itu, kompetensi sesuatu yang mutlak dimliki oleh setiap guru dalam kegiatan pengelolaan pembelajaran. Dalam kenyataan guru yang mempunyai kompetensi mengajar yang baik dalam proses pembelajaran tidaklah mudah ditemukan, disamping itu kompetensi mengajar guru bukanlah persoalan yang berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan training keguruan yang pernah diikuti. 

Dengan demikian guru yang mempunyai kompetensi mengajar akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Disamping hal tersebut di atas, “Kompetensi dalam proses interaksi belajar mengajar dapat pula menjadi alat motivasi ekstrinsik, guna memberikan dorongan dari luar diri siswa. 


SUMBER REFERENSI

[1] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2010, h.12 
[2]ibid, h.12 
[3] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Grafindo Persada, 2001, h.163 
[4] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2010, h.37 
[5] Nana Sudjana, Op, Cit, h.16 
[6] David R. Stone, Edukational Psychology : The Developmen of Teaching Skills, New York : Haper & Row Publishers, 1982, h.16

Friday, October 25, 2019

CONTOH MAKALAH KOMPETENSI GURU PAI (lengkap dengan footnote)

Makalahkuliahkomunikasi.blogspot.com-  Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam

Menjadi seorang guru merupakan profesi yang sangat mulia. dari guru kita belajar banyak ilmu pengetahuan. semua guru pastinya istimewa, termasuk guru pendidikan agama Islam. guru pendidikan agama islam atau biasa disingkat guru PAI mempunyai peranan penting dalam membentuk karakter siswa agar paham dan mau menjalankan ajaran agamanya. maka dari itu, menjadi guru PAI bisa menjadi profesi yang sangat strategis untuk bisa meraih surganya Allah.

Lalu apakah setiap orang bisa menjadi guru PAI? bagaimana kompentensi standar seorang guru PAI? simak penjelasannya sebagai berikut.

1. Pengertian Kompetensi Guru 

Kompetensi merupakan kecakapan, kemampuan dan wewenang.[1]Seseorang bisa dinyatakan kompetensi di bidang tertentu apabila ia menguasai kecakapan bekerja pada satu bidang tertentu.
Pendapat ahli mengenai pengertian kompetensi
-Menurut para ahli diantaranya sebagaimana pendapat dari Mulyasa menyatakan bahwa kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. 
-menurut Muhaimin, kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. 

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian kompetensi guru adalah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. 

- Selanjutnya menurut Muhibbin Syah, dikemukakan bahwa kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi guru juga dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan profesinya. Menurut Mulyasa kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, sosial, spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme. Jadi kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. 

Guru yang kompeten dan profesional adalah guru piawai dalam melaksanakan profesinya. Berdasarkan uraian di atas kompetensi guru dapat didefinisikan sebagai penguasaan terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru. Guru sebagai agen pembelajaran diharapkan memiliki empat jenis kompetensi guru. Empat kompetensi tersebut yakni kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan kompetensi profesional.


2. Dasar – Dasar Kompetensi Guru Menurut Islam

a) Al- Qur’an 

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat."(QS. An-Nisa :58) 

Jadi, jelaslah bahwa ayat di atas menerangkan bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk menyerahkan urusan kepada ahlinya, orang yang mempunyai kompetensi, sebab jika semua urusan diserahkan kepada orang yang mempunyai kompetensi, maka akan dapat dilaksanakan dengan professional dan tanggung jawab. 

b) Hadits 

Artinya : Dari abu hurairah ra, sesunggguhnya dia berkata : bahwa rasulullah saw telah bersabda : ketika suatu perkara diserahkan kepada bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran (H.R. Bukhori).[2]


c) Kitab 

Artinya : “Ingatlah kamu tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara, akan saya beritakan kepada kamu kumpulannya dengan jelas, yaitu cerdas, cinta ilmu, sabar, bekal, petunjuk guru dan lama masanya.[3]

Dari syair di atas, ada lafadz wairsyaadi ustadin yang artinya petunjuk guru, dalam hal ini seorang guru akan dapat memberikan petunjuk kepada peserta didiknya, jika guru tersebut mempunyai kompetensi yang memadai. 



Daftar referensi

[1] Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010, h.229 


[2]Jalaludin Abdurrahman ibn abi bakr as-suyuti, Jaamius Shoghir, Indonesia : Darul Ihya Al-Kutub, h.36 


[3] Himan Nashirudin, Attafhim Almuta’alimin, Kudus : Menara Kudus, 1962, h.55

Sunday, October 6, 2019

CONTOH MAKALAH PENGERTIAN DAKWAH

Makalahkuliahkomunikasi.blogspot.com- Mahasiswa komunikasi penyiaran islam pastinya akan melewati sebuah perkuliahan dengan mata kuliah dakwah. Mata kuliah dakwah umumnya terbagi ke dalam sub-sub pembahasan hingga beberapa Bab. dari mengenai pengertian dakwah hingga jauh sampai sasaran dan media dakwah. Mata kuliah ini umumnya oleh dosen akan dibagi menjadi tugas kelompok dimana mahasiswa harus mebuat makalah sebagai bahan diskusi. Untuk bahan referensi berikut saya berikan contoh makalah pengertian dakwah dilengkapi dengan footnote.



BAB I 

PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah 

Dakwah adalah usaha sadar dan terencana untuk merubah kehidupan yang batil menuju ke jalan hidup yang di ridhai Allah Swt. Dakwah merupakan ajakan atau undangan untuk hidup sesuai syariat Islam agar tercapai kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun kelak di akhirat. Pemahaman lain dari dakwah yakni dakwah adalah menyerukan tauhid, (mengakui keesaan Allah) dan menyatakan dua kalimat syahadat, menerapkan manhaj Allah di muka bumi dalam bentuk ucapan dan perbuatan sebagaimana yang ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah agar semua manusia manusia beragama dan tunduk kepada Allah.[1]

Dakwah merupakan sebuah keharusan dan keniscayaan yang harus dilaksanakan oleh setiap orang yang mengaku beragama islam. Dakwah tidaklah harus berbicara dan berada di atas mimbar sebagaimana yang dilakukan seorang mubaligh. Dakwah bisa berwujud tulisan yang bisa disebarkan melalui media-media tulis maupun dengan media internet. Selain itu dakwah juga bisa berwujud dengan tindakan seperti memberikan contoh perilaku mulia sebagai seorang muslim. Dakwah haruslah terus eksis karena setiap generasi umat membutuhkan syiar Islam agar senantiasa tercipta kehidupan yang diridhai Allah. Pelaksanaan dakwah juga harus berkesinambungan agar manusia terhindar dari kemungkaran. Hal ini sesuai firman Allah SWT. dalam surat Ali 'Imran Ayat 104 yang berbunyi : 

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”…(QS Ali imran Ayat 110)[2]


 BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah 

Selama ini dakwah telah dipahami secara misunderstanding oleh sebagian masyarakat, di mana dakwah hanya dipahami sebagai ceramah atau tabligh. Pemahaman seperti ini mempersempit arti dakwah sebab ceramah atau tabligh hanyalah bagian dari metode dakwah. Sebenarnya pengertian dakwah amatlah luas sebagaimana yang didefinisikan oleh para ahli berikut ini. 

1) Moh, Ali Aziz mengatakan bahwa dakwah adalah segala bentuk aktivitas penyampaian ajaran Islam kepada orang lain dengan berbagai cara bijaksana untuk terciptanya individu dan masyarakat yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam semua lapangan kehidupan.[1]

2) Pendapat yang lain dari Awaludin Pimay yang menyatakan ditinjau dari segi bahasa dakwah merupakan bentuk masdar dari kata yad’u (fiil mudhar’i) dan da’a (fiil madly) yang artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (summer), menyeru (to propo), mendorong (to urge) dan memohon (to pray).[2]

3) Fathurrahman Dkk. mengatakan bahwa dakwah adalah kegiatan menyeru ke jalan Allah (illalah) hingga mereka mengingkari thaghut sepenuhnya dan beriman kepada Allah dengan meninggalkan jalan kegelapan dan kejahilan menuju cahaya kebenaran Islam.[3]

4) Taufik al Wa’iy menyatakan bahwa pemahaman dakwah adalah menyerukan tauhid, (mengakui keesaan Allah) dan menyatakan dua kalimat syahadat, menerapkan manhaj Allah di muka bumi dalam bentuk ucapan dan perbuatan sebagaimana yang ada dalam al-Quran danas-Sunnah agar semua manusia beragama dan tunduk kepada Allah.[4]

5) Sedangkan Hajir Tajiri turut memberi pernyataan bahwa dakwah secara terminology memiliki definisi sebagai ajakan kepada umat manusia menuju jalan Allah, baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan dengan tujuan agar mereka mendapatkan petunjuk sehingga mampu merasakan kebahagiaan dalam hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat[5]. Sedangkan etika dan estetika dapat dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari nilai baik dan buruk, indah dan tidak indahnya perilaku dakwah. 

Dakwah Islam merupakan sebuah aktifitas komunikasi, sehingga keberhasilan dakwah tergantung pada beberapa komponen yang mempengaruhinya, yakni da’i sebagai orang yang menyampaikan pesan (komunikator), mad’u sebagai orang yang menerima pesan (komunikan), materi dakwah sebagai pesan yang akan disampaikan, media dakwah sebagai sarana yang akan dijadikan saluran dakwah, metode dakwah sebagai cara yang digunakan untuk berdakwah. Adanya keharmonisan antar unsur-unsur tersebut diharapkan tujuan dakwah bisa tercapai secara maksimal. 


Pastinya anda membutuhkan makalah yang memiliki footnote agar lebih yakin bahwa artikel tersebut memiliki dalil. Nah. Dibawah ini adalah catatan kaki atau footnote sumber referensi makalah diambil.

[1] Taufik al-Wa’iy, Dakwah ke Jalan Allah, (Jakarta: Robbani Press, 2010), hlm. 17. 


[2]Zainal Arifin Zakaria, Tafsir Inspirasi, (Medan :Duta Azhar, 2013),Cet 2, hlm.66. 


[1] Moh.Ali Aziz, Op. Cit,. hlm. 9. 


[2] Awaludin Pimay, Metodologi Dakwah, (Semarang: RaSAIL, 2006), Cet.1, hlm. 19. 


[3] Fathurrahman Dkk., Manajemen Dakwah Kampus, (Jakarta: Studia Pustaka, 2004), hlm 18 


[4] Taufik al-Wa’iy, Dakwah ke Jalan Allah, (Jakarta: Robbani Press, 2010), hlm. 17. 


[5] Hajir Tajiri, Etika dan estetika Dakwah, (Bandung: simbiosa Rekatama Media, 2015), hlm 16